Title:
Hubungan berat lahir dan frekuensi kunjungan ANC dengan kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan di Desa Pegadingan
Author:
Abstract
Latar belakang: Stunting pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kurangnya pola pengasuhan yang baik, penggunaan air yang tidak higienis, lingkungan yang kurang mendukung kesehatan, keterbatasan akses terhadap sumber pangan dan kondisi kemiskinan. Secara spesifik, risiko stunting dapat dimulai sejak masa kehamilan. Status gizi ibu sebelum maupun selama hamil memengaruhi perkembangan janin. Kekurangan gizi pada ibu hamil meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah yang merupakan salah satu faktor utama penyebab stunting. Tujuan penelitian: Menganalisis faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan di Desa Pegadingan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian terdiri dari 400 balita dengan sampel sebanyak 80 responden yang diperoleh melalui teknik Accidental Sampling. Hasil: Tidak terdapat hubungan antara berat lahir dan kejadian stunting dengan nilai p sebesar 0,08 (p > 0,05). Namun, terdapat hubungan signifikan antara frekuensi kunjungan ANC dengan kejadian stunting dengan nilai p < 0,05 yaitu 0,02. Analisis statistik menunjukkan bahwa frekuensi kunjungan ANC yang tidak lengkap memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting. Nilai Odd Ratio (OR) sebesar 3,18 mengindikasikan bahwa responden dengan frekuensi kunjungan ANC yang tidak lengkap memiliki peluang 3,18 kali lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan responden yang kunjungan ANC-nya lengkap. Simpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara berat lahir dengan kejadian stunting namun terdapat hubungan signifikan antara frekuensi kunjungan ANC dengan kejadian stunting.
Keywords
References
Achmadi U. F. (2013). Kesehatan Masyarakat Teori Dan Aplikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Chirande, L., D. (2015). Determinants of Stunting And Severe Stunting Among Under-Fives In Tanzania: Evidence From The 2010 Cross-Sectional Household Survey.
Fitri. (2012). Berat lahir sebagai faktor dominan terjadinya Stunting pada balita (12-59 bulan) di Sumatera.
Hidayati, L. (2010). Kekurangan energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Risiko Kejadian Stunted Pada Anak Usia 1-3 Tahun Yang Tinggal di Wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta. Jurnal Kesehatan, 3(1), Pp. 89–104., 3(1), pp 89-104.
Hutasoit, M., Utami, K. D., & Afriyliani, N. F. (2020). Kunjungan Antenatal Care Berhubungan Dengan Kejadian Stunting. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 11(1), 38–47.
Ibrahim IA et al. (2019). Analisis determinan kejadian Growth Failure (Stunting) pada anak balita usia 12–36 bulan diwilayah pegunungan Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Al-Sihah: Public Health Science, 11(1), 50–64.
Kemenkes RI. (2018). Kuesioner Individu Riskesdas. Jakarta.
Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia Indonesia 2001.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buletin Stunting. Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), pp. 1163–1178.
Kusharisupeni. (2015). Gizi dalam daur kehidupan (prinsip - prinsip dasar) dan kesehatan masyarakat Dalam Depertemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Ed.). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lamid, A. (2015). Masalah Kependekan (Stunting) pada Anak Balita: Analasis Prospek Penanggulangannya di Indonesia. Bogor.: IPB Press.
Larasati, N. N. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-59 bulan di Posyandu Wilayah Puskesmas Wonosari II Tahun 2017.
Mardani RAD, W. K. (2015). Faktor prediksi yang mempengaruhi terjadinya Stunting pada anak usia dibawah lima tahun. Jurnal Kesehatan.
Maya Trisiswati, Dian Mardhiyah, S. M. S. (2021). Hubungan Riwayat Bblr ( Berat Badan Lahir Rendah ) Dengan Kejadian Stunting Di Kabupaten Pandeglang Correlation Between History Of Low Birth Weight With Stunting Events, 8(2), 61–70.
Nadiyah, Briawan D, M. D. (2014). Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 0- 23 Bulan di Provinsi Bali, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi Dan Pangan, 9(2), 125–132.
Najahah, I., Adhi, K. T., Pinatih, G. N. I. (2017). Laporan hasil penelitian Faktor risiko balita stunting usia 12-36 bulan di Puskesmas Dasan Agung , Mataram , Provinsi Nusa Tenggara Barat Risk factors stunting for 12-36 month old children in Dasan Agung Community Health Centre , Mataram , West Nusa Tengg. Mataram , West Nusa Tengg. 38.
Nasikhah, R dan Margawati, A. (2012). Faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-36.
Rahmadi, A. (2018). Hubungan berat badan dan panjang badan lahir dengan kejadian Stunting anak 12-59 bulan di provinsi lampung. Jurnal Keperawatan, XII(2), 209.
Rahmawati, L. (2020). Hubungan Status Sosial Ekonomi Dan Pola Makan Dengan Kejadian Stunting Pada.
Rosmalina Y, Luciasari E, Aditianti, E. F. (2018). Upaya pencegahan dan penanggulangan batita stunting: systematic review. Jurnal Gizi Indonesia. In Jurnal Gizi Indonesia (Vol. 1, pp. 1–14). Jakarta: EGC.
Article Metrics
Abstract view : 46 timesCited By
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Jurnal Riset Kebidanan Indonesia
Indexing by:
Diterbitkan oleh:
AIPKEMA (Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Muhammadiyah-'Aisyiyah Indonesia)
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Jl. Siliwangi (Ring Road Barat) No. 63, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292.
Telp. (0274) 4469199; CP: 081236093816; Email: aipkemajrki@gmail.com; dewik.2011@gmail.com
This work (Jurnal Riset Kebidanan Indonesia) is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.